Kamis, 22 November 2007

PAHALA MENUNTUT ILMU

Oleh: Agus Ariadi,SPd*

“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim, dan bahwasanya segala sesuatu hingga ikan-ikan yang ada di dalam laut senantiasa memohonkan ampunan (kepada Allah) untuk orang

yang mencari ilmu”

(HR Ibnu Adi dan Baihaqi)

Allah SWT mewajibkan setiap individu untuk menuntut ilmu dan membekali diri dengan berbagai macam ilmu yang dibutuhkan dalam hidup. Dalam hukum Islam suatu amal perbuatan dikatakan wajib mempunyai makna jika kita mengerjakannya, maka kita akan mendapatkan pahala. Sebaliknya bila kita mengabaikan atau meninggalkannya maka kita berdosa dan akan mendapatkan siksa yang pedih dari Allah di akhirat kelak.

Siapa yang mendapatkan pahala jika kewajiban menuntut ilmu ini tertunaikan dengan sempurna oleh tiap-tiap individu?. Yang pertama adalah pemerintah dan praktisi pendidikan. Pahala dari Allah akan terlimpah kepada pejabat- pejabat pemerintah yang dengan sungguh-sungguh berupaya mengatur anggaran keuangan, membuat kebijakan-kebijakan yang menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu, memfasilitasi seluruh anggota masyarakat di daerahnya agar dapat menuntut ilmu sebagaimana yang diwajibkan Allah SWT atas mereka.

Bila kita menengok ulang apa yang pernah dilakukan rasulullah saw seusai perang Badar. Beliau menetapkan tebusan bagi tawanan yang ingin bebas, berupa keharusan untuk mengajar baca dan tulis kepada 10 anak kaum muslim.

Pemerintah yang melepas tanggung jawab atas urusan pendidikan masyarakatnya akan mendapat murka Allah. Sebab tanpa campur tangan pemerintah tak akan terselesaikan dengan baik permasalah-permasalahan pendidikan yang terkait dengan mahalnya biaya pendidikan, gaji guru, penyediaan sarana fisik sekolah, sarana kegiatan belajar mengajar. Jelas permasalahan tersebut akan menghalangi tertunaikannya kewajiban tiap-tiap individu anggota masyarakat untuk menuntut ilmu. Sebagaimana di dalam sejarah Islam tedapat ijma’ sahabat tentang pemberian gaji kepada guru yang diambilkan dari Kas Negara (Baitul Mal). Hal ini menunjukan bahwa masalah pembiayaan pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah.

Yang kedua, pahala Allah akan terlimpah kepada orang tua dan anggota masyarakat yang ikut membantu tertunaikannya kewajiban menuntut ilmu bagi setiap individu. Jerih payah orang tua untuk mencarikan sekolah yang baik tempat anak-anaknya menimba ilmu bila diniatkan untuk semata melaksanakan perintah AllahSWT, maka perbuatan yang mereka lakukan akan mempunyai nilai ruhiyah dan pahala dari sang Pencipta. Allah SWT telah memberi peringatan kepada kita selaku orang tua dan anggota masyarakat : ”Hendaklah mereka takut jangan sampai meninggalkan anak keturunan yang lemah di belakangnya, dikuatirkan akan sengsara, sebab itu hendaklah mereka patuh kepada Allah dan hendaklah mereka berkata dengan perkataan yang benar”. (An Nisa’ 9) Ayat ini mengingatkan kewajiban orang tua untuk memperkuat dan membekali anak-anak dengan ilmu pengetahuan yang bermafaat untuk menghindari kesengsaraan di masa depan mereka.

Keseriusan orang tua untuk medukung pencarian ilmu yang bermanfaat bagi anak-anaknya baik secara moral maupun materi sangat penting. Tanpa dukungan janganlah kita berharap kenikmatan Allah akan tercurah kepada anak keturunan kita di masa depan. Tanpa support kita jangan berharap anak keturunan kita terhindar dari bencana dan siksa Allah.

Anggota masyarakat bisa mendapatkan pahala dari Allah SWT dengan ikut menyediakan sarana-sarana penunjang pendidikan sebagai bentuk amal jariyah. Masyarakat juga menjadi faktor penentu keberhasilah pendidikan. Masyarakat seharusnya berperan untuk memperkuat nilai- nilai yang ditanamkan di keluarga dan sekolah. Bukan sebaliknya.

Pahala Allah SWT juga akan terlimpahkan kepada kita yang mengalokasikan waktu dan kesempatan dalam hidup kita untuk selalu menuntut ilmu. Para pelajar atau mahasiswa hendaknya juga meluruskan niat belajarnya semata untuk melaksanakan perintah Allah SWT bukan yang lain. Karena dengan cara begitulah sebenarnya aktifitas belajar dan menuntut ilmu akan menjadi lebih termotifasi. Kita akan lebih giat karena didukung oleh kesadaran illahiyah akan apa-apa yang kita lakukan. Kita juga akan lebih keras berusaha untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang menggangu kesuksesan belajar kita. Dengan berharap pahala Allah SWT kita akan terhindar dari kekecewaan- kekecewaan yang bersifat materi. Semisal ilmu yang kita pelajari ternyata tak berhubungan sama sekali pekerjaan yang akhirnya kita dapatkan.

Firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al-Mujadalah ayat 11:”…. Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat”. Mari para pencari ilmu, kita buktikan janji Allah dalam perjalanan hidup kita. Niscaya Allah SWT segera mewujudkan yang menjadi janjiNya. Yakni meningkatkan derajat kehidupan kita menjadi lebih bermartabat, dan memperoleh kebahagiaan dinia dan akhirat. Sebagaimana sabda Nabi SAW: “Barang siapa menghendaki (kebahagiaan hidup) dunia maka hendaklah dengan ilmu pengetahuan dan barang siapa menghendaki (kebahagiaan hidup) akhirat maka hendaklah dengan ilmu pengetahuan dan barang siapa menghendaki kedua-duanya maka hendaklah dengan ilmu pengetahuan”.

Semoga pendidikan dan kewajiban mencari ilmu yang menjadi tanggung jawab pemerintah, orang tua dan masyarakat dapat menjadi lahan basah perolehan pahala Allah SWT. Bukan obyek kapitalisasi untuk memperkaya diri.

*Agus Ariadi, SPd

Staff Pengajar SMPN 1 Kedungwaru

Jl. Kapten Kasihin no: 33 Tulungagung

Jawa Timur.

Tidak ada komentar: